Pro kontra : dilema tidur bersama anak.
Bila
anak tidur bersama anda hingga lebih dari dua tahun, menurut Charles Schaefe,
Ph.D., seorang pakar psikologi dari Fairleigh University, Dickinson, maka anda
berada dalam masalah. Anak akan menjadi sengat tergantung. Tugas anak usia dua
atau tiga tahun adalah agar ia lebih bersikap otomatis dalam mengambil
keputusan. Seorang anak yang tak bisa meninggalkan ranjang orang tuanya mungkin
tak mampu melakukan hal – hal yang bisa dilakukan teman – temannya, misalnya
membereskan rangjang atau pergi berkemah.
Tapi
tidak demikian halnya dengan pendapat William Sear’s M.D., seorang dokter anak,
yang memandang kepentingan tidur bersama orang tua. Dengan menciptakan suasana
malam yang aman, anda akan membantu kemandirian anak. Pendaptnya didasarkan ata
s asumsi, keinginan anak yang natural untuk menjadi cepat besar akan timbul
dengan sendirinya. Kebanyakan anak akan mempunyai privasi diatas usia empat
tahun.
Soal
kemadirian anak, menurut psikolog Hanny SW., memang bisa dikembangkan dengan
cara tidur terpisah dengan orang tua, tapi juga bisa dilakukan dengan meminta
anak melakukan tugas – tugas tertentu sesuai usianya. Artinya tergantung dari
pola asuh yang diterapkan pada anak. Dengan atau tanpa tidur bersama orang tuanya
anak bisa mandiri, bisa juga tidak.
Yang
ditakutkan justru waktu sang anak tak terjaga melihat orangtuanya sedang
melakukan tim suis, dampaknya akan negatif bagi perkembangan anak. Dr. feber
menegaskan sama sekali tidak bijaksana bila anda berhubungan tim suis di depan
anak, walaupun tidak sengaja. Karena interpretasi anak yang tentu saja berbeda
dengan orang dewasa. Anak mungkin menganggapnya sebagai ekspresi kemarahan,
penindasan atau semacam penyiksaan. Persepsi yang salah ini yang akan
memperingaruhi perkembangan jiwa dan pola pikir anak di kemudian hari.
Ada
sejumlah pendapat dan hasil penelitian yang berkaitan dengan anak tidur bersama
orang tua :
· William
Sears, M.D., dokter anak dan pengarang buku mengasuh anak, menganggap tidur
bersama anak sangat penting bagi orang tua yang bekerja sepanjang hari. Bayi
menjadi tidur lebih nyenyak., katanya.
· Elizabeth
Pantley, pendidik dari Kirkland, Washington, mengatakan anak yang diijinkan
tidur bersama oran tuuuanya merasa aman.
· Para
ahli mengatakan bagi ibu menyusui, tidur bersama anak sangat tepat, tapi
setelah anak tertidur, orangtuanya kemungkinan akan terganggu istirahatnya,
jika tidur bersama anak daam satu ranjang. Sudah terbukti, semakin banyak orang
diranjang orang tua makin tidak bisa tidur dan membuat anak tak dapat belajar
mengurus dirinya sendiri, serta sering terbiasa bangun ditengah malam.
·
Lee
Baxter, Direktur US Consumer Product Safety Commission mengatakan lebih dari
250 bayi meninggal karena tercekik di rangjang orang dewasa antara tahun 1985 –
1990. Bisa jadi karena salah satu orang tuanya menimpa mereka saat tidur atau
lebih sering terjerat selimut atau kain bantal / guling.
· Jammes
McKenna Ph.D., berpendapat tidur bersama akan menguntungkan anak. Dari
penelitiannya di[eroleh hasil irama pernapasan ibu yang ada disisinya dapat
menekan sindrom kematian mendadak pada bayi (Sudden infant death syndrome)
Sumber : Anonim. 1997.
Pro kontra, dilema tidur bersama anak. Carabelli, Media Komunikasi dan
Informasi PDGI Semarang, ed I.
No comments:
Post a Comment