Penyakit infeksi sipilis, gigi dan mulut.
Pengertian penyakit sipilis, penyakit infeksi spesifik
granulomata yang mempunyai gejala di mulut. Merupakan penyakit yang bersifat
akut dan kronis. Sangat menular dan dapat menyerang organ dalam seluruh tubuh.
Setiap stadium dari penyakit ini menunjukkan lesi dalam mulut yang mempunyai
bentuk dan sifat yang berbeda-beda. Kecuali lesi pada membrana mukosa mulut.
Maka penyakit ini juga menunjukkan adanya kelainan pada gigi.
Penyebab sipilis :
Golonga sprichaeta, yang disebut
treponema palidum. Spirochaeta dapat dengan mudah dilihat pada pemeriksaan
lapangan gelap karena gerakannya yang berputar-putar dan berkelok-kelok.
Cara penularan :
Penyakit ini dapat ditularkan
dengan jalan :
a.
Persetubuhan
dengan penderita penyakit sipilis
b.
Penularan
dari ibu ke janin yang sedang dikandungnya melalui placenta yang menyebabkan
terjadinya sipilis conginitalis atau prenatal sipilis.
c.
Penggunaan
alat yang dipakai penderita sipilis dapat juga menyebabkan menularnya penyakit
ini.
Prenatal Sipilis
atau sipilis kongenital
:
Adalah
sipilis yang terdapat pada faetus yang mendapatkan penyakit-penyakit selama
fetus masih dalam andungan ibu. Seorang ibu yang menderita penyakit lues dapat
melahirkan anak yang tidak terkena sipilis apabila pada ibu tersebut dikenakan
terapi lues dari lima bulan mengandung.
Lesi
primair tidak terdapat pada penderita ini tetapi ditandai dengan erupsi makula,
pilek, kekurangan berat, telapak kaki atau tangan yang mengelupas, retak –
retak dan memerah, yang mengakibatkan anak – anak ini terlihat seperti orang
tua. Kalau pada anak ini terjadi sipilis yang kronis maka akan terliahat pada
anak umur 10 – 12 tahun dengan hidung yang disebut saddle nose akibat perusakan
dari tulang hidung dan palatum.
Oral aspek sipilis ;
Oral
aspek dari sipilis congenitalis adalah :
a.
Post
tragrade disekitar mulut
b.
Perubahan
gigi
c.
Kelianan
dento facial yang dini
Tanda
– tanda pada mulut ini adalah tidak berubah, walaupun infeksinya sendiri sudah
bertahun – tahun sembuh sehingga kemungkinan besar dokter gigi adalah orang
pertama yang menemukan lus congenital pada penderita.
Goresan
postragade adalah goresan yang berbentuk linear yang terdapat disekeliling
mulut atau atau sekeliling anus. Goresan ini adalah sebagai akibat terlibatnya
kulit didaerah ini pada periode minggu ke 3 – 7 dari fetus.
Jika
pada periode pertumbuhan gigi ini terjadi infeksi lues yang akut maka akan
terjadi hypoplasia dari incisivus taring dan molar pertama permanent. Gigi
incisivus menjadi berbentuk seperti pahat bergerigi dan terdapat diastema
diantaranya.
Hutchinson
mengemukakan adanya tiga tanda – tanda dari lues congnetalis yang lengkap yang
disebut dengan tria Hutchinson yaitu :
a.
Hypoplasia
dari incisivus dan molar pertama permanen
b.
Kerusakan
pada nervus octafus
c.
Interstitial
keratitis
Tetapi
tria hutchinson ini hanya dijumpai 1 % dari penderita prenatal sipilis.
Perubahan gigi pada prenatal sipilis harus dibedakan dengan yang ada pada demam
eksantheem. Pada sipilis kongenitalis terjadi perubahan morfologi dari gigi
sedangkan pada Racketsia atau pada demam eksantheem hipoplasia email ini tidak
disertai dengan perubahan bentuk gigi. Gigi decidui pada lues congenital ini
terdapat warna, ukuran dan bentuk yang abnormal. Pada gigi decidui ini terlihat
adanya absorbsi akar terlambat. Sedang akar gigi permanent tidak berkembang
dengan sempurna pada lues prenatal. Perubahan gigi decidui jarang dilihat
karena jika fetus terkena sipilis kongenital pada periode pertumbuhan gigi susu
akan menyebabkan kematian fetus.
Kelainan dento facial sipilis :
Pada
lues prenatal sering dijumpai adanya open
bite dan diastema sehubungan
dengan adanya Hutchinson teeth.
Acquired sipilis :
Stadium I :
Setelah masa inkubasi yang
lamanya 3 -4 minggu akan terlihat adanya chancre yang terdapat di alat kelamin,
dubur dan di mulut. Disamping terjadinya chancre ini juga didapat pembengkakan
kelenjar lympe setempat. Chancre akan lenyap dengan sendirinya setelah 2 – 3
minggu.
Oral
aspek dari chancre
:
Pengertian
Chancre adalah lesi
pada kulit akibat dari penyakit sipilis pada stadium pertama dimana chancre ini
menunjukkan adanya perubahan pada lapisan corium, sedangkan pada lapisan
epidermis hanya terlihat sedikit perubahan saja. Dinding pembuluh darah menebal
dan terdapat sel-sel lympoid. Didekat pembuluh daerah ini terdapat kuman
spirochaeta. Perubahan pada lapisan epidermis hanya disebabkan oleh pengaruh
tekanan sel dibawahnya.
Lokasi dari chancre didaerah
mulut adalah bibir, oral mukosa lidah, palatum mole, daerah tonsil atau
pharynx. Yang paling banyak adalah bibir terutama bibir bawah. Chancre disini
tidak menyebabkan rasa sakit, karekteristik merupakan luka yang dalam, berwarna
coklat, berkerak dan sekelilingnya keras. Apabila terasa sakit ini disebabkan
oleh adanya infeksi sekundair. Warna coklat tua ini ditutupi oleh film yang
berwarna putih kelabu. Dapat dibedakan dengan luka herpes, pada herpes luka
lebih sakit.
Stadium II :
Dengan lenyapnya chancre tadi
akan terlihat pada kulit dan selaput lendir, lesi yang berupa makula, papula,
postula atau follicula, atau merupakan kombinasi dari beberapa lesi tersebut.
Waktu dari timbulnya chancre pada stadium I sampai timbulnya macula pada
stadium kedua bermacam-macam jaraknya, dapat timbul 6 minggu atau bertahun-
tahun sesudah lesi pertama timbul.
Macula :
Makula disebut juga dengan
macula-roseolar syphilise yaitu lesi pada kulit atau selaput lendir merupakan
bintik – bintik merah dimana-mana, pada sipilis stadium II. Pembuluha kapiler
yang terletak pada permukaan mengalami pelebaran dan menunjukkan kerusakan
sedikit pada lapisan sebelah dalam. Disekeliling kerusakan ini terdapat daerah
yang berisikan sel-sel lympoid yang padat, terdapat oedima sedikit pada
jaringan pengikat. Macula akan sembuh dengan tidak meninggalkan bekas.
Papula atau macula di oral mukosa
adalah lesi yang paling infeksius (menular) pada sipilis akut. Luka ini
kelihatan putih kelabu yang dikelilingi oleh dasar yang merah, sakit sedikit
terutama jika terletak didaerah yang bergerak. Trauma pada permukaan
menyebabkan perdarahan. Daerah yang sering terkena; ujung mulut, lidah,
jaringan pharyngeal, bibir dalam, jarang di gusi. Dibedakan dengan luka yang
lain seperti erythema multi forme atau luka heerpes dengan serologis test. Luka
karena fuso spirochaeta adalah lebih sakit. Waktu datangnya makula atau papula
ini dapat disertai dengan gejala malaise, anorexia, sakit kepala, sait pada
tulang, dengan sedikit kenaikan temperatur tubuh. Sering diikuti adanya
pharyngitis atau angina syphilis.
Jaringan pharynx nampak
membengkak, kering dan merah.
Stadium III :
Pada sipilis kronis akan dijumpai
lesi pada rongga mulut yang sering terdapat pada palatum dan lidah. Lesi ini
disebut dengan Gummata atau Gumma.
Gumma dapat mengenai seluruh bagian tubuh dan paling tidak sering dijumpai di
kulit, selaput lendir, tulang, testis, hati atau lambung. Gumma sipilis dapat
menyebabkan tulang berubah seperti intramembran, dan juga dapat menyebabkan
organ hati dan limpa menjadi mengeras. Sipilis dapat mengenai sistem pembuluh darah dimana aorta
kehilangan elastisitas dan lapisan otot dari aorta ini dapat menjadi lembek yang
dapat menyebabkan tidak bagusnya pekerjaan klep aorta dan dapat menyebabkan
kematian akibat adanya ruptur dari aorta ini.
Sipilis kronis yang menyerang
sistem syaraf dapat menghasilkan bermacam-macam gejala tergantung dari lokasi
dan luasnya lesi. Gumma yang terdapat pada cerebrum dapat menyebabkan seperti
gejala tumor otak. Jika sipilis ini mengenai nervus cranialis dapat menyebabkan
kebutaan. Jika medula spinalis terkena akan menyebabkan tabes dorsalis gejala
yang akhir. Pasien dengan tabes dorsalis akan kehilangan keseimbangan dari
kakinya dan berjalan dengan langkah – langkah yang karakteristik, disamping itu
juga akan terlihat adanya perasaan yang sensitif pada extremitas, ini yang
disebut paesthesi atau betul – betul anasthesi.
Kerusakan yang disebabkan oleh gumma
pada tulang palatum dapat menyebabkan perforasi dari patatum, selain itu gumma
dapat mengenai glandulla slivarius dan tulang rahang. Gumma yang terdapat pada
lidah biasanya merupakan lesi yang tunggal soliter dan besar. Gumma tidak
terasa sakit tetapi dapat menjadi lebih besar sehingga meliputi sebagian besar
lidah. Guma ini dapat menjadi ulcerasi yang menghasilkan cairan kental yang
berdarah. Penyembuhannya diikuti dengan pembentukan parut yang menyebabkan
lidah dakan kelihatan berlobus yang disebibut lingua lobulata
Diambil dari
beberapa sumber, diantaranya :
Mudiyah Mokhtar,
1978. Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi
Manson & Eley,
1993; terj. Buku Ajar Periodonti
No comments:
Post a Comment