Ligamen periodontal.
Ligamen adalah
suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi berhubungan
dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang dapat
dianggap sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke
tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang
mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar
variasinya, juga frekuensi, durasi,
dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut secara efektif
dan meneruskannya ke tulang pendukung.
Struktur
Ketebalan
ligamen bervariasi dari 0.1 – 0.3 mm. yang terlebar pada mulut soket dan pada apeks gigi, dan tersempit pada aksis rotasi gigi, yang terletak
sedikit apikal dari pertengahan akar. Pada keadaan sehat gigi mempunyai rentang
gerakan yang normal. Insisivus lebih mobil dari pada gigi geligi posterior,
mobilitas terbesar pada saat bangun pagi, berkurang dengan berlalunya waktu.
Seperti bagian rangka lainnya stres fungsional dibutuhkan untuk mempertahankan
integritas ligamen periodontal. Bila stres fungsional besar ligamen biasanya
juga lebih tebal dan bila gigi tidak berfungsi ligamen akan menjadi tipis.
Dengan terjadinya proses ketuaan, ligamen akan menjadi lebih tipis.
Ligamen
terdiri dari serabut jaringan ikat yang tersusun dengan teratur pada matriks
substansi dasar yang dilewati pembuluh darah dan saraf. Bundel serabut, yang
berinsersio pada salah satu ujungnya di sementum dan ujung lainnyapada dinding
soket sebagai serabut sharpey, biasanya diidentifikasikan perkelompok, sesuai
dengan orientasi dominannya.
1. Serabut
puncak tulang alveolar, berjalan dari sementum pada leher gigi kepuncak tulang
alveolar
2.
Serabut horizontal, berjalan dari
sementum ke puncak tulang alveolar.
3.
Serabut oblik, membentuk komponen utama
dari ligamen dan berjalan dari tulang sedikit ke apikal untuk berinsersio pada
sementum sehingga dapat menahan gigi di dalam soketnya
4. Serabut
apikal, memancar dari apeks ke dasar soket. Disini juga dapat diikutsertakan
serabut interradikuler yang terletak di daerah furkasi gigi berakar jamak dan
seperti serabut transseptal, berjalan dari akar ke koronal akar menuju puncak
tulang alveolar.
Saraf
dan suplei darah, substansi dasar dan bundel kolagen, semuanya ikut berperan
pada penyerapan stres fungsional dan transmisinya ke tulang. Mekanisme
sebenarnya masih diperdebatkan tetapi sistem yang diperkenalkan Parfitt (1967)
kelihatannya dapat menerangkan sifat gigi pada keadaan berfungsi. Kompleks substansi dasar vaskular sebagai
sistem penyerap syok dan sistem bundel serabut sebagai sistem suspensi yang
membatasi gerak gigi dan meneruskan tegangan ke tulang pendukung. Jadi bila
tekanan diaplikasikan pada gigi akan terjadi tahapan peristiwa sebagai berikut
:
1. Pergerakan
awal dari gigi yang berhubungan dengan gerak intravaskular dan ekstravaskulr
melalui pembuluh darah dan melalui ruang tulang
2.
Bila beban meningkat bundel serabut
kolagen akan menahan tegangan dan memanjang. Bundel serabut ini tidak elastik
seehingga tidak mudah meregang
3.
Bila tekanan bertambah prosesus alveolaris akan berubah bentuk
4. Bila
beban cukup kuat dan lama, substansi gigi sendiri misalnya dentin akan berubah
bentuk
Keadaan
menunjukkan sistem viskoelastik dimana komponen substansi vaskular, cairan
jaringan dan substansi dasar memberikan siklus respons sedangkan fibrosa dan
tulang memberikan elasititas. Ini adalah sistem yang sangat fleksibel dan
resilien, yang dapat menyesuaikan dengan beban bervariasi yang mengenai
jaringan akibat aksi mastikasi dari diet yang heterogen. Meskipun demikian, sistem
ini dapat rusak bila terkena beban yang abnormal atau terkena inflamasi.
Tekanan
aksial dapat diserap dengan sangat mudah. Pada saat ada beban, serabut utama
yang seperti gelombang akan memanjang dan gigi tertekan dalam soket. Tekanan
lateral dan rotasional kurang mudah diabsorpsi. Pada sisi tegangan serabut akan
memanjang, pada sisi tekanan serabut akan tertekan. Tekanan yang lebih besar
akan menyebabkan terjadinya resorpsi sedang tegangan yang lebih besar lagi
menyebabkan deposisi tulang.
Semua
gigi umumnya sedikit mobil dan mobilitas biasanya dipengaruhi oleh :
1. Besar
dan durasi beban yang diterima
2.
Panjang dan bentuk akar dan karena itu
juga tergantung pada posisi aksis rotasi. Mobilitas incisivus bawah mempunyai
akar relatif pendek dan konus lebih mudah dari pada molar pertama yang berakar
jamak dengan dasar akar yang lebih besar.
3. Status
jaringan pendukung misalnya ketebalan bundel serabut kolagen dan proporsi
kolagen yang matang (gigi yang
sedang erupsi lebih mobil dari pada gigi yang sudah bererupsi sempurna), status
dimana substansi dasar saling berkumpul, jadi pada keadaan hamil mobilitas gigi
biasanya meningkat karena pengaruh hormonal yang menyebabkan tidak terkumpulnya
substansi dasar.
Diambil
dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993; terj. Buku Ajar Periodonti
No comments:
Post a Comment