Friday, May 17, 2013

JARINGAN PERIODONTAL



Ligamen periodontal.
Ligamen adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang dapat dianggap sebagai ligamen. Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi juga menopang gigi pada soketnya dan menyerap beban yang mengenai gigi. Beban selama mastikasi, menelan dan berbicara sangat besar variasinya, juga frekuensi, durasi, dan arahnya. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung.


Struktur
Ketebalan ligamen bervariasi dari 0.1 – 0.3 mm. yang terlebar pada mulut soket dan pada apeks gigi, dan tersempit pada aksis rotasi gigi, yang terletak sedikit apikal dari pertengahan akar. Pada keadaan sehat gigi mempunyai rentang gerakan yang normal. Insisivus lebih mobil dari pada gigi geligi posterior, mobilitas terbesar pada saat bangun pagi, berkurang dengan berlalunya waktu. Seperti bagian rangka lainnya stres fungsional dibutuhkan untuk mempertahankan integritas ligamen periodontal. Bila stres fungsional besar ligamen biasanya juga lebih tebal dan bila gigi tidak berfungsi ligamen akan menjadi tipis. Dengan terjadinya proses ketuaan, ligamen akan menjadi lebih tipis.
Ligamen terdiri dari serabut jaringan ikat yang tersusun dengan teratur pada matriks substansi dasar yang dilewati pembuluh darah dan saraf. Bundel serabut, yang berinsersio pada salah satu ujungnya di sementum dan ujung lainnyapada dinding soket sebagai serabut sharpey, biasanya diidentifikasikan perkelompok, sesuai dengan orientasi dominannya.
1.      Serabut puncak tulang alveolar, berjalan dari sementum pada leher gigi kepuncak tulang alveolar
2.      Serabut horizontal, berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar.
3.      Serabut oblik, membentuk komponen utama dari ligamen dan berjalan dari tulang sedikit ke apikal untuk berinsersio pada sementum sehingga dapat menahan gigi di dalam soketnya
4.      Serabut apikal, memancar dari apeks ke dasar soket. Disini juga dapat diikutsertakan serabut interradikuler yang terletak di daerah furkasi gigi berakar jamak dan seperti serabut transseptal, berjalan dari akar ke koronal akar menuju puncak tulang alveolar.
Saraf dan suplei darah, substansi dasar dan bundel kolagen, semuanya ikut berperan pada penyerapan stres fungsional dan transmisinya ke tulang. Mekanisme sebenarnya masih diperdebatkan tetapi sistem yang diperkenalkan Parfitt (1967) kelihatannya dapat menerangkan sifat gigi pada keadaan berfungsi.  Kompleks substansi dasar vaskular sebagai sistem penyerap syok dan sistem bundel serabut sebagai sistem suspensi yang membatasi gerak gigi dan meneruskan tegangan ke tulang pendukung. Jadi bila tekanan diaplikasikan pada gigi akan terjadi tahapan peristiwa sebagai berikut :
1.      Pergerakan awal dari gigi yang berhubungan dengan gerak intravaskular dan ekstravaskulr melalui pembuluh darah dan melalui ruang tulang
2.      Bila beban meningkat bundel serabut kolagen akan menahan tegangan dan memanjang. Bundel serabut ini tidak elastik seehingga tidak mudah meregang
3.      Bila tekanan bertambah prosesus alveolaris akan berubah bentuk
4.      Bila beban cukup kuat dan lama, substansi gigi sendiri misalnya dentin akan berubah bentuk
Keadaan menunjukkan sistem viskoelastik dimana komponen substansi vaskular, cairan jaringan dan substansi dasar memberikan siklus respons sedangkan fibrosa dan tulang memberikan elasititas. Ini adalah sistem yang sangat fleksibel dan resilien, yang dapat menyesuaikan dengan beban bervariasi yang mengenai jaringan akibat aksi mastikasi dari diet yang heterogen. Meskipun demikian, sistem ini dapat rusak bila terkena beban yang abnormal atau terkena inflamasi.
Tekanan aksial dapat diserap dengan sangat mudah. Pada saat ada beban, serabut utama yang seperti gelombang akan memanjang dan gigi tertekan dalam soket. Tekanan lateral dan rotasional kurang mudah diabsorpsi. Pada sisi tegangan serabut akan memanjang, pada sisi tekanan serabut akan tertekan. Tekanan yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya resorpsi sedang tegangan yang lebih besar lagi menyebabkan deposisi tulang.
Semua gigi umumnya sedikit mobil dan mobilitas biasanya dipengaruhi oleh :
1.      Besar dan durasi beban yang diterima
2.      Panjang dan bentuk akar dan karena itu juga tergantung pada posisi aksis rotasi. Mobilitas incisivus bawah mempunyai akar relatif pendek dan konus lebih mudah dari pada molar pertama yang berakar jamak dengan dasar akar yang lebih besar.
3.      Status jaringan pendukung misalnya ketebalan bundel serabut kolagen dan proporsi kolagen yang matang (gigi yang sedang erupsi lebih mobil dari pada gigi yang sudah bererupsi sempurna), status dimana substansi dasar saling berkumpul, jadi pada keadaan hamil mobilitas gigi biasanya meningkat karena pengaruh hormonal yang menyebabkan tidak terkumpulnya substansi dasar.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993;  terj. Buku Ajar Periodonti

No comments:

Post a Comment