Tuesday, May 14, 2013

Tepi, Perlekatan, dan Tanda Microscopis Gingiva (Gusi)

Tepi, Perlekatan, dan Tanda Microscopis Gingiva (Gusi). 
Tepi gingiva. Mikroskopis gingiva, tepi gingiva membentuk cuff selebar 1 – 2 mm disekitar leher gigi dan dinding eksternal leher gingiva yang mempunyai kedalaman 0 – 2 mm. Antara gigi – geligi dan tepi gingiva terdapat papila gingiva yang berbentuk konus, permukaan labialnya seringkali mempunyai groove yang disebut sluice – way. 

Papila mengisi ruang pada apikal embrasur interdental sampai titik kontak dan bentuk facial – lingualnya sesuai dengan kurvatur dari daerah pertautan semeno-enamel untuk membentuk col interdental. Permukaan tepi gingiva umumnya halus berbeda dengan daerah perlekatan gingiva, yang dibatasi dengan groove gingiva bebas. Perlekatan gingiva. Perlekatan gingiva (attached gingiva) atau “mukosa fungsional” meluas dari groove gingiva bebas ke pertautan mukogingival dimana akan bertemu dengan mukosa alveolar. Mukosa alveolar alah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang alveolar dibawahnya. Pada pertautan mukodingiva, mukoperiosteum terpisah sehingga mukosa alveolar terpisah dari periosteum melalui perantaraan jaringan ikat longgar yang sangat vaskuler. Lebar perlekatan gingiva bervariasi antara 0 – 9 mm. perlekatan gingiva biasanya terlebar pada regio insisivus (3 – 5 mm), dan tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah. 
Dahulu pernah dianggap bahwa beberapa perlekatan gingiva dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan tepi gingiva dengan cara memisahkan tepi yang bebas dari mukosa alveolar yang bergerak, tetapi ternyata hal ini tidak dijumpai pada mulut yang bersih. Sebenarnya selebar apapun daerah tersebut, bahkan lebar nol sekalipun tetap dianggap normal asalkan jaringan tersebut dalam keadaan sehat. Tanda mikroskopis gingiva Tepi gingiva terdiri dari inti jaringan ikat fibrosa yang tertutup epitelium skuamosa stratifikasi yang seperti epitelium skuamosa lainnya, dapat mengalami pergantian berkesinambungan melalui reproduksi sel kontinu pada lapisan terdalam dan lepasnya superfisial. Kedua aktifitas ini bekerja seimbang sehingga ketebalan epitelium tetap konstan. Gingiva mempunyai lapisan karakteristik dari epitelium skuamosa : 1) sel – sel basa atau sel formatif dari lapisan sel kolumnar atau kuboidal; 2) sel – sel prikle atau lapisan spinosa dari (stratum spinosum) sel – sel poligonal; 3) lapisan granular (stratum granulosum) dimana sel-selnya datar mengandung banyak partikel keratohialin; 4) lapisan kornifikasi (stratum corneum) dimana sel-selnya datar dan tenggelam, dan terkeratinasi atau parakeratinasi. 
Seperti semua sel epitelium lainnya, sel-sel epitelium gingiva salaing berhubungan satu sama lain dan juga berhubungan dengan korium jaringan ikat dibawahnya melalui penebalan pada periferi sel yang disebut sebagai hemidemosom. 
Epitelium bertautan dengan korium dibawahnya melalui lamina basalis yang tipis yang terbentuk dari kompleks protein-mukopolisakharida yang permiabel terhadap cairan. Bila dilihat dengan mikroskop elektron, terlihat adanya dua lapisan, lamina lucida dan lamina densa. Pigmentasi terbentuk dari melanosit pembentuk pigmen. Meskipun demikian, variasi pigmentasi tidak disebabkan karena variasi jumlah sel-sel tersebut, tetapi merupakan variasi denetik kapasitas peoduksi pigmen. Rasio melanosit terhadap sel-sel epitel pembentuk keratin relatif konstan yaitu 1 : 36 sel. Jaringan ikat gingiva terbentuk dari anyaman bundel serabut kolagen yang berjalan pada substansi dasar yang mengandung fibroblas, histiosit, pembuluh darah, sarat, limfosit, sel plasma dan sel-sel lain dari sistem pertahanan tubuh, yang terdapat dalam jumlah lebih besar didekat epitelium pertautan, dimana aktivitas imunitas diperthankan. 

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993 ; terj. Buku Ajar Periodonti

No comments:

Post a Comment