Saturday, May 18, 2013

FAKTOR SKUNDER, PENYEBAB, ETIOLOGI PENYAKIT JARINGAN PERIODONTAL



Etiologi Penyakit Periodontal….. 2.
Lanjutan etiologi penyakit periodontal.        
2.      Faktor Sekunder :
Penyebab sekunder penyakit periodontal dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan plak. Faktor – faktor ini disebut faktor retensi plak. Terdiri dari faktor lokal dan faktor sistemik.


a.      Faktor Lokal.
·         Restorasi keliru
Restorasi yang keliru mdapat merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi retensi plak. Tapi tumpatan / penambalan gigi yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles dagian tepi. Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota atau tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi penyikatan gigi yang efektif.
·         Kavitas karies
Kavitas karies gigi terutama didekat tepi gingiva, dapat merangsang terbentuknya daerah timbunan plak.
·         Tumpukan sisa makanan
Sisa makanan adalah disini dipertanyakan apakah memang terjadi trauma fisik, karena daerah timbunan makanan biasanyamerupakan daerah stagnasi plak.
·         Geligi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik
Geligi tiruan adalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara. Geligi tiruan yang longgar atau gieligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi sebagai fokus timbunan plak.
·         Pesawat orthodonti
Bila tidak dibersihkan dengan benar, dapat terjadi penumpukan plak, inflamasi yang parah disertai dengan pembengkakan gingiva dapat terjadi.
·         Susunan gigi-geligi yang tidak teratur
Merupakan predisposisi dari retensi plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak. Susunan gigi yang tidak teratur seringkali disertai dengan inflamasi gingiva, kecuali bila teknik pembersihan mulut pasien sangat baik.
·         Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernafas melalui mulut
Pengaruh postur bibir terhadap gingiva masih dipertanyakan, namun suatu fenomena klinis yang sering ditemukan adalah gingivitis hiperplasia pada segmen anterior, biasanya pada regio insicivus atas, dimana seal bibir kurang sempurna. Selain itu, pada sebagian besar kasus daerah hiperplasia jelas dibatasi oleh garis bibir. Walaupun kurangnya seal bibir sering berhubungan dengan kebiasaan bernapas melalui mulut, seal bibir yang kurang memadai juga dapat terjadi walaupun pasien bernapas melalui hidung. Bila bibir terbuka gingiva bagian depan mulut tentunya tidak terlumasi saliva. Keadaan ini kelihatannya mempunyai efek; 1) aksi pembersihan normal dari saliva berkurang sehingga timbunan plak bertambah, 2) dehidrasi dari jaringan yang akan mengganggu resistensinya.
·         Merokok tembakau
Walaupun stain tembakau dapat memperkasar permukaan gigi, stain bukanlah faktor retensi plak satu – satunya. Fakta yang sebenarnya terjadi adalah bahwa perokok sering tidak membersihkan gigi – geliginya sebaik mereka yang tidak merokok. Efek yang paling jelas dalam kebiasaan merokok adalah perubhan warna gigi dan bertambahnya keratinisasi epitelium mulut disertai dengan produksi bercak putih pada perokok berat didaerah pipi dan palatum, yang kadang – kadang dapat juga ditemukan pada jaringan periodontal. Insidens gingivitis kronis dan gingivitis ulceratif akut kelihatannya lebih besar pada perokok yang juga menunjukkan adanya kerusakan periodontal yang lebih parah.
·         Groove perkembangan pada enamel servikal atau permukaan akar.
Groove pada permukaan akar atau daerah servical mahkota dapat merangsang akumulasi bakteri dan tidak mungkin dibersihkan. Keadaan ini dapat menimbulkan daerah – daerah gingivitis lokal dan pembentukan poket, yang paling sering terihat disebelah palatal insicivus atas.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993;  terj. Buku Ajar Periodonti

No comments:

Post a Comment