Saturday, May 18, 2013

FAKTOR SISTEMIK, PENYEBAB, ETIOLOGI PENYAKIT JARINGAN PERIODONTAL



Etiologi Penyakit Periodontal….. 3.
Faktor sistemik.
Fakto –faktor sistemik adalah faktor yan gmempengaruhi tubuh secara keseluruhan; misalnya faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi.

·         Faktor genetik :
Kerentanan individual terhadap periodontitis kronis umumnya bervariasi dan ada beberapa individu yang mencapai usia tua tanpa menunjukkan tanda – tanda kerusakan periodontal, sedangkan individu lainnya sudah terkena serangan periodontitis yang progresif pada usia yang lebih muda. Variasi pada respons hospes ini diperantarai oleh berbagai faktor genetik dan tidak berhubungan dengan standar kebersihan mulut.
Ada sejumlah penyakit genetik, beberapa diantaranya sangat langka, yang meningkatkan kerentanan terhadap kerusakan periodontal :
a.    Sindroma Down (trisomi 21), kerentanan disini berhubungan dengan terganggunya fungsi neutrofil atau perubahaan jaringan ikat.
b.  Sindroma Chediak-Higashi. Merupakan kondisi autosomal resesif yang langka, ditandai dengan neutrofil yang terganggu.
c.     Hipofosfatasia dan sindroma Papillon-Lefevre (hiperkeratosis palmaris et planaris). Adalah kondisi genetik yang langka yang berhubungan dengan periodontitis yang sangat merusak dan berkembang dengan cepat.
d.    Neutropenia siklik. Ditandai reduksi siklik yang drastis dari jumlah neutrofil sirkulasi yang menyebabkan terjadinya infeksi periodontal piogenik yang rekuren.

·         Faktor Nutrisi.
Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingva dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena kesalingtergantungan antara berbagai elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik pada manusia. Anak – anak yang mendapatkan gizi cukup umumnya mempunyai gingiva yang lebih sehat dari pada anak – anak yang gizinya buruk, tanpa ada hubungannya dengan standar kebersihan mulut. Waerhaug (1967) menemukan hubungan antara keparahan kerusakan periodontal dan defisiensi vitamin B.
Pada defisiensi nutrisi yang parah, umumnya disertai dengan kebersihan mulut yang sangat buruk, terlihat adanya kerusakan jaringan periodontal yang berkembang dengan cepat dan tanggalnya gigi yang cukup dini.
Prevalensi gingivitis ulceratif akut juga meningkat dan keadaan dapat berkembang mengadi cancrum oris yang merusak dan fatal.
Kerusakan periodontal yang hebat sudah sejak lama terbukti berhubungan dengan scurvy. Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen, oleh karena itulah vitamin C juga dibutuhkan untuk pertukaran sel dan perbaikan sel normal, namun penelitian tentang defisiensi vitamin C tidak menunjukkan adanya perubahan gingiva yang jelas. Kelihatannya scurvy juga dibutuhkan faktor inflamasi yang disebabkan oleh plak, agar dapat terjadi perubahan kondisi gingiva. Efek penambahan diet yang seimbang dan adekuat dan permberian vitamin ekstra sebagai salah satu bentuk perawatan penyakit periodontal, sampai sekarang ini masih belum terbukti dengan jelas.
·         Faktor hormonal.
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa pubertas dan kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap produk – produk plak.
Pubertas :
Pada masa pubertas insidens gingivitis mencapai puncaknya dan seperti dikatakan oleh Sutcliffe (1972) perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak berubah. Bila masa pubertas sudah lewat, inflamasi cenderung reda sendiri tetapi tidak dapat hilang sama sekali bila dilakukan pengontrolan plak yang adekuat.
Kehamilan :
Dahulu kehamilan selalu dihubungkan dengan gingivitis dan tanggalnya gigi, tetapi bila rongga mulut dapat dipertahankan tetap dalam keadaan bersih, gingivitis biasanya tidak akan timbul pada masa kehamilan. Seperti pada pubertas, inflamasi ringan akibat plak akan menjadi jauh lebih parah pada masa kehamilan. Perubahan ini dimulai sejak bulan kedua kehamilan. Setelah partus biasanya keparahan simtom ini akan berkurang. Disini dianggap bahwa peningkatan jumlah progesteron akan meningkatkan vaskularisasi dan perubahan dinding pembuluh darah yang membuat pembuluh menjadi lebih permiabel, perubahan serupa juga dapat ditemukan pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi yang mengandung progesteron dan estrogen sintesis.

·         Diabetes.
Bukti – bukti ilmiah belum terlalu jelas, diabetes yang tidak terkontrol kelihatannya dapat merubah respons jaringan periodontal terhadap plak, khususnya pada kasus yang parah dan sudah berlangsung lama. Anak – anak yang menderita diabetes umumnya terserang gingivitis yang lebih parah dari pada anak – anak yang sehat dengan skore plak yang sama (Bernick, dkk, 1975). Penderita diabetes dewasa terutama pada kasus jangka panjang dengan perubahan retina mengalami kerusakan periodontal yang lebih besar dari pada yang tidak menderita diabetes.

·         Faktor hematologi (penyakit darah).
Penyakit darah kalihatannya tidak menyebabkan gingivitis, tetapi menimbulkan perubahan jaringan terhadap plak.
Anemia :
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya keonsentrasi hemoglobin didalam darah sampai dibawah batas normal. Anemia karena berbagai penyebab, termasuk perdarahan, kerusakan kimiawi dan penyakit, tetapi yang paling sereing adalah anemia defisiensi zat besi yang dapat ditemukan pada sekitar 10 % populasi wanita. Anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen dari darah sedemikian rupa sehingga pasien cepat letih dan pingsan, sulit bernafas dan merasakan gelenyar pada jari – jari tangan dan kakinya. Kulit terlihat pucat tetapi hal ini bukan merupakan tanda karakteristik; pucatnya mukosa mulut termasuk gingiva merupakan tanda yang lebih dapat diandalakan tetapi keadaan inipun hanya timbul bila anemia tersebut parah. Lidah mungkin juga terlihat permukaan papila yang kasar dan menjadi halus. Disini mungkin juga terjadi ulcer aptosa dan keilitis angularis yang rekuren.
Leukemia :
Ada beberapa bentuk leukemia yang merupakan proliferasi neoplastik dari jaringan pembentuk leukosit, terutama pada sumsum tulang. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih didalam sirkulasi dan pada berbagai organ dan jaringan termasuk gingiva. Lesi orofaringeal merupakan keluhan pertama pada lebih dari 10 % kasus leukemia akut (Sculy dan Cawson, 1987). Manifestasi gingiva paling sering ditemukan pada bentuk akut dari leukemia monositik, mielogenus dan limfatik, tetapi gingiva tidak terlalu sering terkena pada leukomia kronis.
Pada leukomia akut gingiva pada umumnya lunak, berwarna merah gelap dan bengkak, pembengkakan dapat sangat besar sehingga gigi – geligi tertutup gingiva. Disini terlihat perdarahan spontan dari gingiva. Jaringan periodontal mengalami kerusakan yang berlangsung dengan cepat disertai dengan kerusakan puncak tulang alveolar dan tulang apikal serta goyangnya gigi – geligi.
Leukopenia (agranulositosis) :
Leukoppenia dapat timbul sendiri maupun dalam hubungannya dengan penyakit darah lainnya dimana aktifitas sumsum tulang tertekan. Tertekannya aktifitas sumsum tulang juga dapat disebabkan karena berbagai obat. Pada leukopenia jumlah sel darah putih berkurang, kadang – kadang hampir nol. Karena sel – sel ini merupakan sel pertahanan tubuh yang penting, leupopenia tentunya menyebabkan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi.

·         Acquired immune deficiency sydrmoe (AIDS).
Human immunogeficien virus HIV1 dan HIV2 khususnya menyerang helper lyphocytes oleh sebab itu akan mengganggu sistem imun. Tidak ada manifestasi periodontal yang khas dari penyakit ini dan lesi yang terlihat pada gingiva umumnya disebabkan karena immunodefisiensi yang parah dan infeksi ikutan. Kandidiasis rongga mulut (thrush) adalah manifestasi AIDS yang umum dan dapat ditemukan pada hampir 50 % pasien (Scully dan Cawson, 1987) sarkoma kaposi rongga mulut juga ditemukan dalam persentase yang cukup tinggi pada pasien – pasein ini.
Penderita AIDS sangat rentan terhadap  akan kebersihan mulut periodontitis yang agresif dan gingivitis ulceratif akut. Tulang alveolar dapat terbuka dan pada kondisi ini dapat terjadi pernanahan (Greenspan. dkk, 1987).

·         Penyakit psikologis :
Gangguan psikologis dapat meningkatkan laju kerusakan periodontal melalui berkurangnya aliran saliva, baik karena akibat dari kondisi itu sendiri atau karena terapi obat yang diterima pasien. Gangguan ini juga mengurangi perhatian pasien.

·         Hiperplasia epanutin :
Obat anticonvulsan seringkali diberikan pada penderita epilepsi dan mumnya pada sebagian besar penderita ini terutama yang berusia dibawah 40 tahun terlihat adanya pembesaran gingiva yang cukup luas.
Gingiva pada permukaan labial gigi –g eligi anterior terserang lebih parah dari pada gingiva di sekitar gigi – geligi posterior. Pembengkakan tersebut terbentuk terutama dari jaringan fibrosa, kecuali bila perubahan inflamasi dapat diredakan, daerah pembengkakan biasanya keras, berwarna merah muda dan belobus. Pembengkakan tidak terlalu parah bila kebersihan mulut pasien baik, tetapi bila sudah terjadi perubahan inflamasi kronis akibat dari plak, pemberian epanutin akan makin meningkatkan aktifitas fibroblas sehingga akan terlihat lebih banyak serabut kolagen. Meskipun demikian besar daerah pembengkakan tidak berhubungan langsung dengan dosis obat. Bila inflamasi berlanjut, terutama selama masa remaja, pembengkakan gingiva akan menjadi lunak dan berwarna merah serta mudah berdarah secara spontan.

·         Fibromatosis gingiva:
Merupakan gangguan gen tunggal herediter yang sangat langka, dimana gingiva membesar dan hampir menutupi gigi – geligi. Keadaan ini dapat timbul sendriri atau diikuti dengan hipertrikosis, gangguan mental dan epilepsi. Jaringan yang membesar umumnya keras, dan berwarna merah muda, terdiri dari pembesaran jatingan ikat fibrosa. Bila pasien cukup kooperatif, tindakan gingivektomi dapat memberikan manfaat besar.

·         Dermatosis :
Beberapa penyakit kulit mempunyai manifestasi rongga mulut yang dapat timbul pada gingiva. Beberapa penyakit ini sangat langka. Beberapa diantaranya adalah liken planus, pemfigoid membaran mukosa yang jinak dan pemfigus vulgaris.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya : Manson & Eley, 1993;  terj. Buku Ajar Periodonti

No comments:

Post a Comment