Wednesday, July 3, 2013

PENYAKIT ANAK YANG MEMPUNYAI GEJALA DI GIGI dan MULUT

Jika terdapat kelainan mukosa mulut dan gigi pada anak – anak, maka hal iaan lebih buruk dari pada ulcus atau kerusakan jaringan di membrana mukosa atau gigi itu sendiri.
ni akan menyukarkan anak – anak dalam mengunyah makanan kadang – kadang menyebabkan anak tidak mau makan. Gangguan tidak nyaman dan tidak mau makan ini akan mengakibatkan kead

pH saliva anak lebih asam dari pada orang dewasa dan oral mukosa dilapisi oleh keratin yang kuat. Sebelum gigi anak – anak itu keluar maka penyakit – penyakit yang timbul di oral mukosa anak adalah disebabkan oleh faktor – faktor exogen, seperti ; gonoccocal stomatitis, moniliasis, rhagade akibat adanya prenatal syphilis dan kadang – kadang dijumpai herpetic stomatitis, noma atau fusospirochaetal lesi.
Sesudah gigi erupsi satu persatu di dalam mulut, penyakit anak – anak di membrana mukosa mulut dan gigi disebabkan oleh faktor – faktor endogen dan kebanyakan adalah kelainan yang disebabkan oleh penyakit – penyakit mal nutrisi dan stomatitis non spesifik yang disebabkan karena proses erupsi gigi atau karena oral hygiene yang kurang baik. Keadaan jaringan mukosa lama kelamaan mendekati keadaan jaringan mukosa orang dewasa dimana lapisan keratinnya makin hilang dan pH saliva berkurang asamnya. Dengan demikian jaringan mukosa akan lebih mudah terserang oelh rangsangan mekanis dan juga oleh bakteri – bakteri yang ada di mulut.
Banyak penyakit – penyakit sistemik yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi tetap seperti ; riketsia, demam reumatik yang menyebabkan adanya enamel hypoplasia dari gigi permanent. Penyakit anak – anak seperti morbili, varicella, demam exanthemdipthteri ditandai dengan adanya kelainan pada oral mukosa yang karakteristik, sehingga tanda – tanda di oral mukosa dapat dipakai untuk menegakkan diagnosia.
Selain adanya karies gigi maka penyakit anak – anak yang mempunyai gejala – gela di mulut dan gigi dapat digolongkan menjadi : 1). Kelainan congingetal, 2). Kebiasaan buruk, 3). Erupsi yang pathologis, 4). Fokal infeksi, 5). Penyakit sistemik.

1.    Kelainan congenital.
Satu dari 750 orang bayi yang dilahirkan di Amerika pernah ditemukan menderita cacat labio-schisis atau labio-palatoschisis. Faktor herediter memberikan kesempatan satu dari 50 bayi mendapat cacat. Banyak terdapat pada bayi laki - laki dari pada bayi perempuan dan lebih sering terdapat pada anak – anak berikutnya dari pada anak pertama. Ibu yang sedang mengandung dan kebetulan terserang morbili maka kemungkinan besar anaknya akan mendapat cacat labio atau palatochisis 50 %.
Kelainan gigi yang congenital sebagai akibat adanya penyakit sipilis, riketsia atau agenia, cacat gigi baru akan kelihatan jika gigi itu sudah masanya erupsi di mulut. Agenesia dapat sebagian atau seluruhnya disebabkan karena adanya ectodermal dyspalsia yang bersifat herediter. Demikian juga adanya discolorisasi seperti icterus gravis yang berwarna hijau kuning atau dentin yang berwarna keunguan hypoplasia email yang berwarna coklat baru nampak pada gigi permanen yang sudah erupsi.
2.    Kebiasaan buruk
Anak sering mempunyai kebiasaan buruk menghisap ibu jari atau menggigit-gigit kuku atau pensil. Kebiasaan buruk ini bila tidak lekas dihentikan pada anak – anak sebelum gigi pemanen tumbuh akan menyebabkan perkembangan gigi permanen terganggu yang dapat mengakibatkan mal-oklusi.
Kebiasaan menghisap ibu jari itu didapat anak sejak bayi, dimana menghisap adalah satu – satunya gerakan bayi yang teratur dan bertujuan untuk dapat mengisap makanan. Jika anak sudah pandai bermain – main, maka biasanya perhatiannya akan tertuju pada permainannya dan kebiasaan mengisap ibu jari itu akan ditinggalkannya. Menghisap jari pada tahun pertama harus dipandang sebagai hal yang normal dan belum perlu dicegah. Karena kalau dicegah akan menyebabkan kekacauan perkembangan kepandaian si anak, sedang akibat yang ditimbulkan terhadap gigi dan rahang belum dapat dipastikan. Baru pada umur empat tahun keatas kalau anak masih juga melakukan kebiasaan mengisap ibu jari dimana seharusnya anak ini sudah mengalihkan perhatiannya pada permainan, maka secara psikologis ada sesuatu yang tidak normal.
Selain kebiasaan engisapibu jari ada kebiasaan lain yang mengakibatkan kelainan di mulut dan gigi yaitu bernafas dari mulut. Kebiasaan ini dapat disebabkan adanya obstruksi didaerah pharynx atau hidung, atau adanya pembesaran kelenjar di pharynx. Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan uadara yang masuk kemulut menjadikan vasokonstriksi dari pembuluh kapiler di oral mukosa sehingga memudahkan terkenanya infeksi dan dapat menimbulkan gingivitis. Selain itu juga dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan muka, sehingga terdapat lengkung yang sempit dan maju kedepan. Juga terdapat foetor ex ore pada orang yang bernafas dari mulut, disebabkan karena adanya plak yang melekat pada gigi dan lidah.
3.    Erupsi yang patologis
Proses erupsi gigi biasanya disertai dengan rasa sakit setempat, baik itu pada bayi untuk gigi decidui atau pada anak – anak untuk gigi permanen dan pada orang dewasa untuk molar ketiga. Pada anak – anak biasanya yang mendapat kesukaran pada erupsi gigi permanen, kecuali adanya circumcoronitis  yang sering terjadi pada erupsi gigi molar ketiga. Selama erupsi gigi decidui, biasanya bayi jadi tidak tenang tidurnya, dan ada hypersalivasi. Rasa sakit yang timbul di tempat erupsi gigi disebabkan tekanan dari gigi permanen yang hendak erupsi untuk menembus jaringan fibrous yang padat.
4.    Oral foci pada anak
Demam rheumatik, haemorhagi nephritis yang akut, irritasi, articular rheumatism, osteomyelitis, infeksi dari sinus nasal, meningitis, tonsilitis, otitis media, dapat disebabkan karena adanya oral foci. Pembersihan fokal infeksi pada anak – anak itu perlu, yang merupakan tindakan preventif terhadap terjadinya bacterial endocarditis yang sub acut.
5.    Penyakit systemik
a.      Rubeola, Morbili atau Meales
Penyakit infeksi yang biasanya terjadi pada anak – anak yang sangat infeksius, akut dengan examtheem dan demam yang disebabkan oleh virus. Tidak berbahaya namun dapat menimbulkan komplikasi yang berat, misal terjadi pneumonia.
Oral aspek :
·         Bintik koplik biasanya sebesar kepala jarum yang merupakan bintik putih yang dikelilingi daerah merah, 1 – 2 hari sebelum examthem erupsi.
·         Komplikaksi oral yang jarang terjadi, dilaporkan adanya noma, osteomyelitis.
·         Sering terjadi komplikasi infeksi pada membrana periodontal
b.      Diphteri
Suatu penyakit akut yang ditandai dengan gejala toxicaemia, yaitu :
·         Kenaikan temperatur tubuh
·         Tidak mau makan
·         Lemah
·         Exudat fibrinosa
Kelainan oral karena penyakit dipteri, tonsisilitis. Dapat terjadi perluasan dari tonsil ke cavum oris.
c.       Varicella (cacar air)
Suatu penyakit akut yang disebabkan karena virus dengan manifestasi terjadi erupsi pada kulit. Masa incubasi 2 – 3 minggu. Disebabkan oleh virus, bercak merah yang timbul bergerombol  yang kemudian menjadi vesiculai (bergelembung).
Oral aspek, terjadinya vesikel yang tidak sakit.
d.      Erytroblastosis fetalis
Merupakan bentuk dari sakit kuning yang jarang dijumpai.
Pada penderita yang sudah sembuh terdapat perubahan histopatologis dari pertumbuhan gigi. Terdapat gigi permanen dan decidui yang berwrna hijau menguning.


Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :

Mundiyah Mokhtar, 1978.,Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

No comments:

Post a Comment